Musoleum Taj Mahal tidak berdiri sendiri. Ada masjid dan ruang musik yang mendampingi.
“Untung ya, kita perginya Sabtu. Kalau Jumat Taj Mahal tutup untuk wisatawan karena dipakai Jumatan,” kata Pinot.
Tapi informasi itu justru bikin beberapa rekan yang cowok sedikit kecewa. Teman-teman seperjalanan menyayangkan tak bisa beribadah sholat Jumat di Taj Mahal.
“Rasanya mengesankan kalau Jumatan di sini,” kata Alex, rekan saya dari Surabaya.
Ya, Taj Mahal menjadi tempat untuk beribadah sholat Jumat setiap pekannya. Tentunya bukan di atas bangunan utama. Tapi di pelataran dan salah satu bangunan berwarna cokelat yang ada di sisi kanan Taj Mahal, masjid Taj Mahal.
Masjid Taj Mahal itu dibangun tahun 1632-1652. Dirancang oleh Isa Muhammed. Sebuah mega proyek pada zamannya dengan mempekerjakan ribuan pekerja bangunan dan pekerja seni. Kaligrafi Al-Qur’an, asmaul husna dan ukiran ornamen ornamen islami menghiasi dinding masjid.
Menilik tahun pembangunan, masjid itu dibangun seiring pembangunan musoleum Taj Mahal, yang dimulai satu tahun sebelumnya 1631 setelah istri kesayangan sang raja, Shah Jahan, meninggal dunia.
Saat Taj Mahal belum selesai dibangun, jenazah Mumtaz dimakamkan di area sisi barat tembok Taj Mahal. Kini area itu ditandai dengan batu pualam.
Barulah di tahun 1648, saat Taj Mahal selesai dibangun, jenazah Mumtaz dipindahkan ke dalam Taj Mahal.
Bangunan di sisi kiri musoleum Taj Mahal mirip dengan masjid. Warnanya coklat juga berkubah. Konon bangunan itu hanya untuk mengimbangi masjid itu.
Perbedaan mencolok tentunya ada pada fungsinya.
“Dulu tempat itu untuk menyimpan alat musik. Setiap bulan purnama tiba, ada pesta di area ini,” kata Muhammad.
Pesta itu dimulai dua hari sebelum bulan purnama, saat bulan purnama, dan dua hari setelah bulan purnama. Katanya, kalau sedang bulan ppurnama, dinding Taj Mahal makin terlihat apik.
Nah, kebetulan saat saya mengunjungi Taj Mahal ketika sedang ramai di sosial media gara-gara Will Smith yang menyoal panggilan beribadah lima kali sehari bagi para muslim.
“I was in India recently and my hotel was near the Taj Mahal. Five times a day there would be a call for prayer, and it was the most beautiful thing. I was lying in my bed thinking, no matter what your religion is, it would be great to have that reminder five times a day to remember your Lord and savior.”
Yakin, tak ingin ke Taj Mahal? (Habis)
Foto-foto Getty Images
Baca juga:
Memandang dinding merah Agra Fort
[…] Kami langsung menuju destinasi utama: Taj Mahal. […]