Surabaya makin hijau. Surabaya makin rapi. Surabaya makin cantik. Saat tiba dengan jalan masuk terminal Bungurasih, rasanya semua kabar bagus itu sirna.
Lanjutkan membaca “Surabaya Kian Nyaman dengan Taman Kota, Kapan Terminal dan Transportasi Umumnya?”
Kategori: Tips & Trik
Begitu Berartinya Sarung Dalam Setiap Perjalanan
Sarung jadi salah satu bawaan wajib saat traveling. Mudah buat nutupin pas ganti celana, buat selimut, juga seribu manfaat lain pas jalan-jalan.
Lanjutkan membaca “Begitu Berartinya Sarung Dalam Setiap Perjalanan”
Berwisata ke Geopark Ciletuh di Sukabumi, Ke Mana Saja?

Geopark Ciletuh di Sukabumi, Jawa Barat menawarkan banyak spot untuk cuci mata. Wisata air terjun, treking, berenang di pantai bisa jadi pilihan.
Lanjutkan membaca “Berwisata ke Geopark Ciletuh di Sukabumi, Ke Mana Saja?”
Soal Kadar SPF Sunscreen, SPF 30 Atau 50?
Pulang dari Australia Terbuka saya sih tidak mendadak jadi piawai main tenis. Tapi, ada teori yang saya dapatkan soal sunscreen.
Lanjutkan membaca “Soal Kadar SPF Sunscreen, SPF 30 Atau 50?”
Pertama Kali Naik Taksi di Maroko, Simak Dulu Tipsnya
Bepergian naik taksi di Kota Marrakesh, Maroko terasa lebih nyaman dari angkutan umum lainnya. Nah, sebelum memulai perjalanan naik taksi di Marrakesh, baca dulu tips berikut ini.
Lanjutkan membaca “Pertama Kali Naik Taksi di Maroko, Simak Dulu Tipsnya”
Khasiat Daun Jancuk di Balik Gatal-gatal yang Dibuatnya
Daun jancuk, eh jelatang kerap jadi gangguan kalau sedang mendaki gunung. Oleh orang Papua, daun itu dijadikan ramuan penghilang pegal.
Lanjutkan membaca “Khasiat Daun Jancuk di Balik Gatal-gatal yang Dibuatnya”
Korban Iming-Iming Manis, Gombal Mukiyo Ala Imigrasi
“Hanya dua perkara yang tidak bisa dilanggar di Indonesia” – Haji Santo
Lanjutkan membaca “Korban Iming-Iming Manis, Gombal Mukiyo Ala Imigrasi”
Pelancong Dadakan di Akhir Pekan
Karena puncak tanah air berawal di Lembah Baliem dan puncak dunia ada di Nepal
Gondok Menunggak Satu di Antara “3 B” Manado
“Never give up on something you really want. It’s difficult to wait, but worse to regret.”
Lanjutkan membaca “Gondok Menunggak Satu di Antara “3 B” Manado”
Fakir Colokan dan Wifi
Batre smart phone itu sama sekali nggak smart
SMS mama minta pulsa atau adik kecelakaan masih marak saja. Padahal tipu-tipu model begitu sudah sangat usang.
“Udah nggak jaman fakir pulsa. Yang ada fakir colokan dan wifi.” Begitulah kelakar teman dan diamini jamaah. Sapaan pertama ke penjaga warung atau cafe pun tak lagi menua andalan apa? Tapi sudah berubah,” ada colokan?” atau, “ada wifi?”
Smart phone bolehlah punya ribuan aplikasi yang bisa didapatkan dari Play Store atau App Store. Bahkan menu manis setara cake strawberry dengan tawaran khasiat hemat batre bertaburan. Dari yang gratisan sampai harus bebayar. Tapi tetap saja, batre smart phone itu sama sekali tak smart. Nge-charge dua kali sudah jadi jadwal yang tak bisa ditawar.
Faktanya kalau sudah memberikan sinyal lowbat, para smart phone itu tak punya ampun. Pet! Handphone pun tewas! Maka tak mengherankan kalau yang punya smart phone semahal apapun bakal punya telepon genggam pendamping.
Mereka yang cerdik cendekia dan berotak dagang pun melihat peluang. Tradaaaaa muncullah power bank. Benda mungil itu pun laris manis di pasar bak kacang goreng. Dari model slinder, pipih panjang, atau kubus saja. Warna-warni semarak tak kalah dengan gula-gula.
Power bank memang sangat membantu. Kehadirannya bak oase di padang pasir. Apalagi buat mereka yang punya banyak aktivitas di luaran berpanas-panas seperti saya. Tapi durasi ngecharge dan pemakaian tak sebanding. Nyaris semaleman ngisi daya, tapi dengan kapasitas 5.600mAh hanya bisa dua kali ngecharge.
Soal harga, saya bilang masih mahal luar biasa. Dengan daya 5.000an kita butuh merogoh kocek sampai Rp 400 ribu. Embel-embel garansi satu tahun, bisa ditukar ganti baru kalau rusak, dan seterusnya dan seterusnya tak menjadi menarik.
Saya sendiri berkawan (waktu itu belum nyandu) power bank sudah sejak 2010 lampau. Waktu itu malah belum nyebut power bank. Kebetulan saat jalan-jalan di pasar elektronik di Guangzhou sana para penjual menawarkan benda itu. Harganya tak mahal-mahal amat. 100 yuan atau sekitar Rp 120 ribu waktu itu.
Sumber tenaganya juga belum nyolok, tapi cukup dijemur. Ya, power bank waktu itu solar cell. Menarik karena pekerjaan saya memang berpanas-panas di bawah terik matahari. Bayangannya: siapa tahu berguna kalau ditugasi liputan perang.
Atau berupa tabung mungil yang dijual abang-abang di bus ekonomi segala jurusan. Harganya tak mahal untuk yang ini.
Problem muncul saat harus melakoni perjalanan dari area Jakarta Timur ke bandar udara Soekarno-Hatta di siang bolong bukan akhir pekan atau pas malam hari di waktu wiken. Apalagi tanpa teman seperjalanan. Separo batre smart phone bakal kemakan. Lumayan kalau keberangkatan dari terminal 1 atau 2, colokan masih berlimpah.
Tapi hemat-hemat saja kalau keberangkatan dimulai dari terminal 3. Sudah bakal jadi fakir colokan. Wifi juga standar dari Telkomsel yang cuma berlaku buat sejam sejak pendaftaran.
Lebih ngeri lagi kalau bepergian dengan kereta api kelas bisnis atau ekonomi. Stasiun sudah jelas dari area miskin colokan. Lebih aman memang memilih eksekutif. Meski di stasiun jarang colokan, di gerbong melimpah ruah dua lubang sumber listrik. Tinggal bawa T beres!
Stasiun Tugu misalnya. PT KAI menyadari tak sedikit penumpang fakir colokan. Mereka menyediakan tempat untuk nyolok, meski lokasinya kurang nyaman. Cukuplah sebagai pionir.
Jadi pandai-pandai memilih moda, terminal, dan waktu keberangkatan saja biar nggak kelimpungan habis batre atau tak ada wifi. Atau sok-sokkan menjadikan #perjalanan jadi “tempat” menyendiri saja mungkin ya…….demi hemat-hemat batre. Tapi hari gini #perjalanan tanpa sosmed? Siapa yang tahan?